skripsi ku BAB II


BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A.    Motivasi Belajar
Motivasi belajar dapat didefinisikan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar itu demi mencapai tujuan (Uno, 2008). Seseorang yang memiliki motivasi akan mempunyai gairah atau semangat selama melakukan aktifitas. Dalam belajar. Motivasi sangat penting untuk dimiliki oleh seorang siswa. Siswa yang bermotivasi tinggi akan memiliki energi yang banyak untuk melakukan kegiatan belajar.
Motivasi berasal dari bahasa Inggris motivation yang berarti to move atau menyebabkan terjadinya aktivitas-aktivitas seseorang (si pebelajar). Motivasi disebut juga sebagai sesuatu yang melatarbelakangi terjadinya perilaku si pebelajar. Bisa juga sebagai dorongan atau hasrat yang menyebabkan si pebelajar beraktivitas atau bertingkah laku dalam mencapai tujuan pembelajaran atau kebutuhan.
Menurut Uno istilah motivasi berasal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri individu, yang menyebabkan individu tersebut bertindak atau berbuat. Motif tidak dapat diamati secara langsung, tetapi dapat diinterpretasikan dalam tingkah lakunya, berupa rangsangan, dorongan, atau pembangkit tenaga munculnya suatu tingkah laku tertentu.
Motivasi adalah suatu proses di dalam individu. Pengetahuan tentang proses ini membantu kita untuk menerangkan tingkah laku yang kita amati dan meramalkan tingkah laku lain dari orang itu. Kita menentukan diri dari proses ini dengan menyimpulkan dari tingkah laku yang dapat diamati. Ketepatan dari kesimpulan tersebut bergantung kepada reliabilitas pengamatan kita. Validitas kesimpulan tersebut ditentukan oleh kegunaan untuk meramalkan dan menerangkan wujud-wujud tingkah laku lainnya. Motivasi sebagai suatu perubahan tenaga di dalam diri/pribadi seseorang yang ditandai oleh dorongan efektif dan reaksi-reaksi dalam usaha mencapai tujuan.
Motivasi dimulai dengan suatu perubahan tenaga dalam diri seseorang. Kita berasumsi, bahwa setiap perubahan motivasi mengakibatkan beberapa perubahan tenaga di dalam sistem neuro fisiologis daripada organisme manusia. Misalnya, dasar organis daripada keinginan untuk dihargai dan diakui adalah tidak dapat diterangkan. Motivasi itu ditandai dengan dorongan afektif. Keadaan ini dapat dicirikan sebagai emosi. Dorongan afektif ini tidak mesti kuat, sering nyata dalam tingkah laku. Di lain pihak ada pula dorongan afektif yang sulit untuk diamati. Motivasi ditandai oleh reaksi-reaksi mencapai tujuan. Orang yang termotivasi, membuat reaksi-reaksi yang mengarahkan dirinya kepada usaha mencapai tujuan, untuk mengurangi ketegangan yang ditimbulkan oleh perubahan tenaga di dalam dirinya (Soemanto, 2006)
Phil Louther dalam Uno (2008) menyatakan bahwa ada 5 cara menjaga agar siswa tetap termotivasi secara intrinsik, yaitu: 1) mengaitkan tujuan belajar dengan tujuan siswa; 2) memberi kebebasan kepada siswa untuk meperluas kegiatan dan materi belajar; 3) memberikan waktu ekstra yang cukup banyak bagi siswa untuk mengembangkan tugas siswa dan memamfaatkan sumbewr belajar yang ada di sekolah; 4) kadangkala memberikan penghargaan atas pekerjaan siswanya; 5) meminta siswanya untuk menjelaskan atau membacakan tugas yang dibuat.
      Menurut Sardiman (2003) jenis motivasi dapat dilihat dari berbagai sudut pandang, yaitu:
  1. Motif  bawaan yaitu motif yang dibawa sejak lahir, jadi motivasi itu ada tanpa dipelajari, misalnya dorongan untuk makan, minum, bekerja dan beristirahat
  2. Motif yang dipelajari yaitu motif yang timbul karena di pelajari, misalnya dorongan untuk mempelajari suatu cabang ilmu pengetahuan, dorongan unutk menjadi pemimpin di msayarakat.
Menurut Susanto (2004) motivasi belajar ditandai dengan enam macam tingkah laku yang dapat diamati dengan indikator sebagai berikut:
1.      Perhatian, motivasi belajar siswa jika siswa memusatkan perhatian pada kegiatan belajar lebih besar daripada kegiatan yang bukan belajar.
2.      Waktu belajar, siswa mempunyai motivasi tinggi jika waktu belajar siswa cukup banyak.
3.      Usaha, motivasi siswa tinggi jika secara intensif mengeluarkan banyak energi untuk menyelesaikan tugas dan kegiatan belajar.
4.      Irama perasaan, siswa mempunyai motivasi tinggi jika siswa merasa gembira.
5.      Ekstensi, dalam hal ini motivasi belajar ditandai dengan sesuatu hal dilakukan pada jam-jam bebas pelajaran adalah kegiatan belajar.
6.      Penampilan, motivasi kegiatan belajar ditunjukkan dengan diselesaikannya tugas belajar.

Menurut Dimyati dan Mudjiono (2002) motivasi belajar penting bagi siswa dan guru. Pentingnya motivasi belajar bagi siswa adalah sebagai berikut:
1.      Menyadarkan kedudukannya dalam awal belajar, proses dan akhir belajar.
2.      Menginformasikan tentang usaha kekuatan usaha belajar bila dibandingkan dengan teman sebaya.
3.      Mengarahkan kegiatan belajar
4.      Membesarkan semangat belajar.
5.      Menyadarkan tentang adanya perjalanan belajar.
Disamping itu motivasi belajar merupakan sesuatu yang sangat penting untuk kelangsungan kegiatan belajar dan peningkatan hasil belajar. Lousell dan Descamps (dalam Susanto, 2004) mengemukakan bahwa ”guru mungkin sangat menguasai bahan pelajaran dan teknik pembelajaran, tetapi jika mereka tidak tahu bagaimana cara meningkatkan keterlibatan siswa dalam belajar, maka usaha-usaha mereka akan sia-sia”. Pernyataan tersebut dapat diindikasikan bahwa dalam pembelajaran yang berpusat pada siswa, yang sekarang merupakan suatu pendekatan yang sangat diandalkan, motivasi siswa untuk terlibat dalam proses pembelajaran merupakan faktor yang sangat penting. Dengan adanya kondisi tersebut maka guru perlu menciptakan lingkungan belajar yang membangkitkan motivasi berhasil dalam belajar yaitu dengan cara melibatkan siswa menentukan tujuan belajar yang ingin dicapainya.
Menurut Sardiman (2003) motivasi belajar dapat digolongkan menjadi dua macam. Kedua macam motivasi belajar tersebut akan dijelaskan berikut ini:
1.   Motivasi Intrinsik
Motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Hal ini berarti bahwa setiap siswa memiliki keinginan dasar dan potensi yang berasal dari dalam dirinya sendiri untuk belajar. motivasi belajar dapat timbul karena faktor intrinsik, berupa hasrat dan keinginan berhasil dan dorongan kebutuhan belajar, harapan akan akan cita-cita
2.   Motivasi Ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsi karena adanya perangsang dari luar. Sebagai contoh seseorang itu belajar, karena tahu besok paginya akan ujian dengan harapan mendapatkan nilai baik, sehingga akan dipuji oleh guru maupun temannya.
Aktivitas-aktivitas yang didorong oleh motivasi intrinsik ternyata lebih sukses daripada yang didorong ekstrinsik. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa siswa yang termotivasi secara intrinsik aktivitasnya lebih baik dalam belajar daripada siswa yang termotivasi secara ekstrinsik. Contoh faktor-faktor ekstrinsik adalah adanya penghargaan, lingkungan belajar yang kondusif, dan kegiatan belajar yang menarik. Tetapi harus diingat faktor tersebut disebabkan oleh rangsangan tertentu, sehingga siswa berkeinginan untuk melakukan aktivitas belajar yang lebih giat dan bersemangat.
Situasi kelas yang termotivasi dapat mempengaruhi proses belajar maupun tingkah laku siswa. Siswa yang termotivasi untuk belajar akan sangat tertarik dengan berbagai tugas belajar yang sedang siswa kerjakan, menunjukkan ketekunan yang tinggi, variasi aktivitas belajar lebih banyak sehingga keterlibatan siswa dalam belajar akan lebih besar.
Hakekat motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa-siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa indikator atau unsur yang mendukung. Hal ini mempunyai peranan besar dalam keberhasilan seseorang dalam belajar. indikator motivasi belajar dapat diklasifikasikan sebagai berikut: (1) adanya hasrat dan keinginan berhasil; (2) adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar; (3) adanya harapan dan cita-cita masa depan; (4) adanya penghargaan dalam belajar; (5) adanya kegiatan yang menarik dalam belajar; (6) adanya lingkungan belajar yang kondusif, sehingga memungkinkan seseorang siswa dapat belajar dengan baik (Uno, 2008).
Di dalam kegiatan belajar anak memerlukan motivasi. Misalkan anak yang akan ikut ujian, membutuhkan sejumlah informasi atau ilmu untuk mempertahankan dirinya dalam ujian, agar memperoleh nilai yang baik. Jika pada ujian nanti anak tidak bisa menjawab, maka akan muncul motif anak untuk mencontek karena ingin mempertahankan dirinya, agar tidak dimarahi orang tuanya karena memperoleh nilai yang buruk.
Menurut Uno (2008) motivasi pada dasarnya dapat membantu dalam memahami dan menjelaskan perilaku individu yang sedang belajar dan pembelajaran. Antara lain dapat dijelaskan sebagai berikut.
1        Peran Motivasi dalam Menentukan Penguatan Belajar
Motivasi dapat berperan dalam penguatan belajar apabila seseorang anak yang belajar dihadapkan pada suatu masalah yang memerlukan pemecahan, dan hanya dapat dipecahkan berkat bantuan hal-hal yang pernah dilaluinya. Sebagai contoh seorang anak akan memecahakan soal. Dalam kaitan itu, anak berusaha mencari buku-buku maupun literatur untuk dapat memecahkan soal tersebut. Upaya untuk mencari buku maupun literatur merupakan peran motivasi yang dapat menimbulkan penguatan belajar.
Peristiwa di atas dapat dipahami bahwa sesuatu dapat menjadi penguat belajar untuk seseorang, apabila dia sedang benar-benar mempunyai motivasi untuk belajar sesuatu. Dengan perkataan lain, motivasi dapat menentukan hal-hal apa di lingkungan anak yang dapat memperkuat kegiatan belajar. untuk seorang guru perlu memahami suasana itu, agar dia dapat membantu siswanya dalam memilih faktor-faktor atau keadaan yang ada dalam lingkungan siswa sebagai bahan penguat belajar. hal ini tidak cukup dengan memberitahukan sumber-sumber yang harus dipelajari, melainkan yang lebih penting adalah mengaitkan isi pelajaran dengan perangkat apapun yang berada paling dekat dengan siswa di lingkungannya.
2        Peran Motivasi dalam Memperjelas Tujuan Belajar
Peran motivasi dalam memperjelas tujuan belajar erat kaitannnya dengan kemaknaan belajar. anak akan tertarik untuk belajar sesuatu, jika yang di[elajari itu sedikitnya sudah dapat diketahui atau dinikmati manfaatnaya bagi anak. Sebagai contoh, anak akan termotivasi belajar tentang lingkungan hidup. Dalam suatu kesempatan misalnya pengetahuan tentang lingkungan hidup ternyata ditemui dalam kehidupan sehari-hari, anak makin hari makin termotivasi untuk belajar, karena anak sudah mengetahui makna dari belajar itu.
3        Motivasi Menentukan Ketekunan Belajar
Seorang anak yang telah termotivasi untuk belajar sesuatu, akan berusaha mempelajarinya dengan baik dan tekun, dengan harapan memperoleh hasil yang baik. Dalam hal ni tampak bahwa motivasi untuk belajar menyebabkan seseorang tekun untuk belajar. sebaliknya, apabial seseorang kurang atau tidak memiliki motivasi untuk belajar, maka dia tidak tahan lama belajar. dia mudah tergoda untuk mengerjakan hal yang lain dan bukan belajar. itu berarti motivasi sangat berpengaruh terhadap ketahanan dan ketekunan belajar.
Masalah memotivasi siswa dalam belajar, merupakan masalah yang sangat kompleks. Dalam usaha memotivasi siswa tersebut, tidak ada aturan-aturan yang sederhan. Penyelidikan tentang motivasi, kiranya menjadukan guru peka terhadap kompleksitas masalah ini. Guru hendaknya mengetahui prinsip-prinsip motivasi yang dapat membantu pelaksanaan tugas mengajarnya, meskipun tidak ada pedoman khusus yang pasti.
B.     Tingkat Ekonomi
Tingkat ekonomi setiap orang itu berbeda-beda, ada yang tingkat  ekonominya tinggi, sedang, rendah. Tingkat ekonomi menurut Abdulsyani (1994) adalah kedudukan atau posisi seseorang dalam kelompok manusia yang ditentukan oleh jenis aktivitas ekonomi, pendapatan, tingkat pendidikan, jenis rumah tinggal, dan jabatan dalam organisasi, sedangkan menurut Soerjono Soekanto (2001) tingkat ekonomi adalah posisi seseorang dalam masyarakat berkaitan dengan orang lain dalam arti lingkungan peraulan, hasilnya, dan hak-hak serta kewajibannya dalam hubunganya dengan sumber daya. Berdasarkan beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan pegertian tingkat ekonomi dalam penelitian ini adalah kedudukan atau posisi seseorang  dalam masyarakat berkaitan dengan tingkat pendidikan, tingkat pendapatan,  pemilikan kekayaan atau fasilitas serta jenis tempat tinggal.
1.   Faktor-Faktor Yang Mentukan Tinggi Rendahnya Tingkat Ekonomi
Pada kodradnya manusia dilahirkan memiliki kedudukan dan drajat  yang sama, akan tetapi sesuai dengan kenyataan setiap manusia yang menjadi warga suatu masyarakat, senantiasa mempunyai status atau kedudukan dan peranan. Menurut Abdulsyani (1994) adalah kedudukan atau posisi seseorang dalam kelompok manusia yang ditentukan oleh aktifitas ekonomi, pendapatan, tingkat  pendidikan dan jenis rumah tinggal.
Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan dahwa adanya beberapa faktor yang dapat menentukan tinggi rendahnya tingkat ekonomi orang tua di masyarakat, diantaranya tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, tingkat pendapatan, kondisi lingkungan tempat tinggal, pemilikan kekayaan, kebutuhan. Dalam hal ini uraiannya dibatasi hanya 4 faktor yang menentukan yaitu tingkat pendidikan, pendapatan, dan kepemilikan kekayaan, jenis tempat tinggal dan kebutuhan.
a.       Tingkat pendidikan
Motivasi adalah tahapan yang ditetapkan berdasarkan tingkat pengembangan peserta didik. Di Negara Indonesia ada beberapa tingkat pendidikan, cantoh: pendidikan prasekolah (TK), pendidikan dasar (SD, SMP), pendidikan menengah (SMU, SMK, SMLB), sekolah tinggi (Universitas, ST, Akademi, Politeknik). Jadi semakin tinggi motivasiorang tersebut maka semakin besar peluang kerja yang dapat diperoleh dengan hasil yang tinggi.
b.      Pendapatan
Pendapatan adalah jumlah semua pendapatan kepala keluarga maupun anggota keluarga yang lainya yang diwujudkan dalam bentuk uang atau barang. Berdasarkan jenisnya, Biro Pusat Statistik membedakan pendapatan menjadi dua yaitu:
1)      Pendapatan berupa barang
Pendapatan berupa barang merupakan segala penghasilan yang bersifat regular dan biasa, akan tetapi tidak selalu berupa balas jasa dan diterimakan dalam bentuk barang atau jasa. Barang dan jasa yang diterima/diperoleh dinilai dengan harga pasar sekalipun tidak diimbangi ataupun disertai transaksi uang oleh yang menikmati barang dan jasa tersebut. Demikian juga penerimaan barang secara cuma-cuma, pembelian barang dan jasa dengan harta subsidi atau reduksi dari majikan merupakan pendapatan berupa barang.
2)      Pendapatan berupa uang
Berdasarkan bidang kegiatannya, meliputi pendapatan sektor informal. Pendapan sektor formal adalah penghasilan baik berupa barang atau uang yang bersifat regular dan akan diterima biasanya bersifat balas jasa atau bantuan di sektor formal  yang terdiri dari pendapatan berupa uang, meliputi: gaji, upah dan hasil infestasi dan pendapatan berupa barang-barang meliputi: beras, pengobatan, transportasi, perumahan, maupun yang berupa rekreasi.
Pendapatan informal adalah segala penghasilan baik berupa uang maupun barang yang diterima sebagai balas jasa atau  kontrahasil di sektor informal yang terdiri dari pendapatan dari hasil infestasi, pendapatan yang diperoleh dari keuntungan sosial, dan pendapatan dari usaha sendiri, yaitu hasil bersih dari usaha yang dilakukan sendiri, komisi dan penjualan dari hasil kerajinan rumah.
Dalam penelitian ini yang di maksud dengan pendapatan orang tua adalah penghasilan berupa uang yang diterima sebagai balas jasa dari kegiatan baik dari sektor formal dan informal selama satu bulan dalam satuan rupiah. Besar kecilnya pendapatan yang diterima oleh setiap penduduk akan berbeda antara yang satu dengan yang lain, hal ini karena dipengaruhi oleh keadaan penduduk sendiri dalam melakukan berbagai macam kegiatan sehari-hari. Menurut Sumardi (2004) mengemukakan bahwa pendapatan yang diterima oleh penduduk akan dipengaruhi oleh motivasiyang dimilikinya. Dengan pendidikan yang tinggi mereka akan dapat memperoleh kesempatan yang lebih luas untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik disertai pendapatan yang lebih besar, sedangkan bagi penduduk yang berpendidikan rendah akan mendapat pekerjaan dengan pendapatan yang kecil.
Dalam penelitian ini pendapatan yang diterima orang tua dapat digolongkan berdasarkan 5 golongan yaitu:
a)      Golongan sangat tinggi, yaitu yang pendapatan orang tuanya >Rp.1.000.000 perbulan.
b)      Golongan tinggi, yaitu yang pendapatan orang tuanya rata-rata antara Rp.750.000 - <Rp.1.000.000 perbulan.
c)      Golongan cukup tinggi, yaitu yang pendapatan orang tuanya rata-rata antara Rp.500.000 - Rp.750.000 perbulan.
d)     Golongan cukup, yaitu yang pendapatan orang tuanya rata-rata antara Rp250.000 - <Rp.500.000 perbulan.
e)      Golongan kurang, yaitu yang pendapatan orang tuanya  <Rp.250.000 perbulan.
c.       Pemilikan kekayaan atau fasilitas.
Pemilikan kekayaan atau fasilitas adalah kekayaan dalam bentuk barang-barang dimana barang tersebul masih bermanfaat dalam menunjang kehidupan ekonominya. Fasilitas atau kekayaan itu antara lain:
1)      Barang-barang berharga
Menurut Abdulsyani (1994), bahwa pemilikan kekayaan yang bernilai ekonomis dalam berbagai bentuk dan ukuran seperti perhiasan, televisi, kulkas dan lain-lain.
Dalam penelitian ini barang-barang dapat menunjukkan keadaan sosial ekonomi seseorang. Barang-barang yang berharga tersebut antara lain tanah, sawah, rumah dan lain-lain. Barang-barang tersebut bisa digunakan untuk membiayai pendidikan anak. Semakin banyak kepemilikan harta yang bernilai ekonomi dimiliki orang tua maka akan semakin luas kesempatan orang tua untuk dapat menyekolahkan anak-anaknya, dan orang tua dapat mencukupi semua fasilitas belajar anak, sehingga dapat memotivasi anak untuk berhasil.
2)      Jenis-jenis Kendaraan pribadi
Kendaraan pribadi dapat digunakan sebagai alat ukur tinggi rendahnya tingkat ekonomi orang tua. Misalnya: orang yang mempunyai mobil akan merasa lebih tinggi tingkat ekonominya dari pada orang yang hanya mempunyai sepeda motor.


d.      Jenis tempat tinggal
Untuk mengukur tingkat ekonomi seseorang dari rumahnya, dapat dilihat dari:
1)      Status rumah yang ditempati, bisa rumah sendiri, rumah dinas, menyewa, menumpang pada saudara atau ikut orang lain.
2)      Kondisi fisik bangunan, dapat berupa rumah permanen, kayu dan bambu. Keluarga yang keadaan sosial ekonominya tinggi, pada umumnya menempati rumah permanent, sedangkan keluarga yang keadaan sosial ekonominya menengah kebawah menggunakan semi permanen atau tidak permanen.
3)      Besarnya rumah yang ditempati, semakin luas rumah yang ditempati pada umunya semakin tinggi tingkat sosial ekonominya. 
Rumah dapat menentukan suatu tingkat sosial ekonomi bagi keluarga yang menempatinya. Apabila rumah tersebut berberda dari segi ukuran dan kualitas rumah. Maka rumah yang dengan ukuran besar, permanen dan milik pribadi dapat menunjukkan bahwa kondisi sosial ekonominya tinggi berbeda dengan rumah yang kecil, semi permanen dan menyewa menunjukkan bahwa kondisi sosial ekonominya rendah.
e.       Kebutuhan
Secara alami manusia tidak dapat dipisahkan dari kebutuhannya apalagi jika sudah berkeluarga. Kebutuhan manusia tidak terbatas baik jumlah maupun jenisnya. Semakin tinggi taraf hidup (kemampuan ekonomi) seseorang semakin tinggi pula kemampuan yang digunakan untuk memenuhi kebutuhannya. Segala hal yang diuraikan tersebut juga berlaku bagi orangtua atau kelurga. Semakin tinggi tanggungan dalam satu keluarga maka semakin tinggi pula kemampuan yang digunakan untuk memenuhi kebutuhannya. Keluarga dikatakan sejahtera apabila di dalam keluarga tersebut terpenuhi semua kebutuhannya, keselamatannya, ketenteramannya, dan kemakmurannya baik lahir maupun batin. Kesejahteraan batin pencapaiannya harus dengan memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang bersifat rohaniah (spiritual) antara lain kebutuhan akan pendidikan. Sehingga semakin tinggi tingkat ekonomi orangtua atau keluarga akan semakin tinggi pula motivasiyang ingin diraih. Kalau kondisi ini dapat dirasakan oleh anak dan anak mendapatkan bimbingan yang benar maka akan dapat menimbulkan motivasi bersekolah pada anak sampai jenjang yang tertinggi.
Menurut (Darsono 2000), kebutuhan hidup manusia dikelompokan menjadi :
1)      Kebutuhan jasmaniah, seperti: makan, minum, istirahat, seksual dan sebagainya. 
2)      Kebutuhan keamanan (rasa aman), seperti: ingin sehat, ingin terhindar dari bahaya, ingin menghilangkan kecemasan dan lain-lain. 
3)      Kebutuhan untuk memiliki dan dicintai, seperti ingin berteman, ingin berkeluarga, ingin masuk dalam suatu kelompok dan lain-lain.
4)      Kebutuhan akan penghargaan diri (harga diri), seperti: ingin dihargai, dipercaya, dihormati oleh orang lain dan lain-lain.
5)      Kebutuhan untuk aktualisasi diri, yaitu keinginan untuk mengembangkan potensi diri, bakat keterampilan dan sebagainya. Kebutuhan untuk tahu dan mengerti, seperti: mencari ilmu yang lebih tinggi yang didorong oleh rasa ingin tahu.
6)      Kebutuhan estetis, yaitu kebutuhan untuk mengungkapkan rasa seni dan keindahan.

Dari pengertian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa kondisi ekonomi orang tua adalah suatu keadaan sosial ekonomi yang menyangkut tentang kedudukan seseorang atau keluarga dalam masyarakat serta usaha untuk menciptakan barang dan jasa, demi terpenuhinya kebutuhan baik jasmani maupun rohani.
C.    Hasil Belajar
Hasil belajar menurut Anni (2004) merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar. Sedangkan menurut Sudjana (1990) Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajaranya. Dari dua pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah suatu kemampuan atau keterampilan yang dimiliki oleh siswa setelah siswa tersebut mengalami aktivitas belajar. Gagne mengungkapkan ada lima kategori hasil belajar, yakni: informasi verbal, kecakapan intelektul, strategi kognitif, sikap dan keterampilan. Sementara Bloom mengungkapkan tiga tujuan pengajaran yang merupakan kemampuan seseorang yang harus dicapai dan merupakan hasil belajar yaitu: kognitif, afektif dan psikomotorik (Sudjana, 1990).
Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu :
  1. Faktor dari dalam diri siswa, meliputi kemampuan yang dimilikinya, motivasi belajar, minat dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar, ketekunan, sosial ekonomi, faktor fisik dan psikis.
  2. Faktor yang datang dari luar diri siswa atau faktor lingkungan, terutama kualitas pengajaran.
Hasil belajar yang dicapai siswa menurut Sudjana (1990), melalui proses belajar mengajar yang optimal ditunjukkan dengan ciri-ciri sebagai berikut:
1.      Kepuasan dan kebanggaan yang dapat menumbuhkan motivasi belajar intrinsik pada diri siswa. Siswa tidak mengeluh dengan hasil yang rendah dan ia akan berjuang lebih keras untuk memperbaikinya atau setidaknya mempertahankan apa yang telah dicapai.
2.      Menambah keyakinan dan kemampuan dirinya, artinya ia tahu kemampuan dirinya dan percaya bahwa ia mempunyai potensi yang tidak kalah dari orang lain apabila ia berusaha sebagaimana mestinya.
3.      Hasil belajar yang dicapai bermakna bagi dirinya, seperti akan tahan lama diingat, membentuk perilaku, bermanfaat untuk mempelajari aspek lain, kemauan dan kemampuan untuk belajar sendiri dan mengembangkan kreativitasnya.
4.      Hasil belajar yang diperoleh siswa secara menyeluruh (komprehensif), yakni mencakup ranah kognitif, pengetahuan atau wawasan, ranah afektif (sikap) dan ranah psikomotorik, keterampilan atau perilaku.
5.      Kemampuan siswa untuk mengontrol atau menilai dan mengendalikan diri terutama dalam menilai hasil yang dicapainya maupun menilai dan mengendalikan proses dan usaha belajarnya.
Untuk mengetahui hasil belajar seorang siswa perlu dilakukan proses evaluasi atau penilaian. Penilaian merupakan serangkai kegiatan untuk memperoleh, menganalisis, dan menafsirkan data tentang proses  yang berkesinambungan sehingga menjadi sebuah informasi yang bermakna untuk pengambilan keputusan. Proses penilaian dan hasil belajar bertujuan untuk menentukan tingkat pencapaian tujuan pendidikan atau tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dalam kurikulum, garis-garis besar program pengajaran atau dalam perangkat perencanaan kegiatan pembelajaran lainnya.
Dari penjelasan diatas maka dapat disimpulkan suatu perubahan  tingkah laku dikategorikan sebagai hasil belajar, jadi hasil belajar  itu harus membawa perubahan dan perubahan itu terdapat dalam keadaan sadar dan disengaja, dan bentuk dari hasil belajar itu dapat berupa pengetahuan, keterampilan ataupun nilai-nilai hidup, namun dalam penelitian ini yang dimaksud dengan “Hasil Belajar” adalah informasi nilai yang menunjukkan tingkat ketercapaian tujuan pembelajran yang telah ditetapkan dalam garis-garis program pembelajaran dalam hal ini hasil belajar ditunjukkan dengan nilai rapor mata pelajaran geografi semester 1 pada kelas VIII SMP Islam Diponegoro Wagir. Jika nilai rapor > 75 berarti sudah mencapai ketuntasan, tetapi jika nilai rapor < 75 maka belum mencapai ketuntasan.
D.    Pengaruh Motivasi Dan Tingkat Ekonomi Terhadap Hasil Belajar Siswa.
Sebagai mana yang diketahui bahwa pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam hidup dan bagi kehidupan. Pendidikan merupakan suatu usaha atau tuntutan yang dilakukan oleh pendidik dalam rangka memberi bantuan individu dalam merangarahkan hidupnya agar dapat menggunakan kemampuannya atau dapat mengembangkan pandangan secara maksimal terhadap suatu kenyataan. Oleh kerena itu pendidikan merupakan tempat yang sangat dibutuhkan oleh anak didik untuk menghadapi masa depannya. Dalam hal yang tanggung jawab untuk mencerdaskan kehidupan bangsa bukan hanya tanggung jawab pemerintah, sekolah, tetapi juga tanggung jawab seluruh masyarakat, terutama orang tua.
Dengan demikian upaya untuk mencapai suskes belajar anak sangat diperlukan peranan dari orang tua. Sehingga dengan cara memenuhi kebutuhan sekolah atau kebutuhan lain merupakan tanggung jawab orang tua. Karena dalam proses belajar diperlukan alat bantu belajar  yang dapat membantu anak didik.
Keluarga yang pendapatanya cukup dan tinggi pada umum akan lebih mudah untuk memenuhi segala kebutuhan sekolah atau keperluan lain. Berbeda dengan keluarga yang mempunyai penghasilan relatif rendah, pada umumnya mengalami kesulitan dalam pembiayaan sekolah, begitu juga dengan keperluan lainnya. Menurut Hamalik (1983) tingkat ekonomi yang baik dapat menghambat ataupun mendorong dalam belajar. Masalah biaya pendidikan juga merupakan sumber kekuatan dalam belajar karena kurangnya biaya pendidikan  akan sangat mengganggu kelancaran belajar. Salah satu fakta yang mempengaruhi motivasianak adalah pendapatan keluarga. Tingkat ekonomi keluarga mempunyai pengaruh yang tinggi terhadap hasil belajar siswa di sekolah, sebab segala kebutuhan anak yang berkenaan dengan pendidikan akan membutuhkan  biaya yang cukup besar.

E.     Kajian Empiris
Pada bagian ini dikemukakan beberapa penelitian terdahulu yang mempunyai kedekatan dalam hal ruang lingkup dan beberapa variabel penelitiannya dengan penelitian yang dilakukan ini. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel 4 berikut:




Tabel 4. Kajian Empiris
No
Judul

Penulis/
tahun

Variabel
Analisis
Hasil
1
Pengaruh Kondisi
Sosial Ekonomi
Orang Tua
Terhadap Hasil
Belajar Geografi
Siswa Kelas VIII
SMP N 1
Randudongkal
Kabupaten
Pemalang 
Tahun 2006/2007
Maftuk
hah/2007
Ada 2
Variabel:
- Variabel bebas, sosial ekonomi orang tua
- Variabel terikat, hasil belajar Geografi
Korelasi Product
Moment
r tab 4,05
r hit 55,066
diterima
adanya pengaruh
yang signifikan
antara kondisi
sosial ekonomi
oreng tua terha-
dap hasil bela-
jar siswa
2
Pengaruh Sosial
Ekonomi
Pedagang Kaki
Lima Terhadap
Pendidikan Anak
Di Kecamatan
Sukun Kodya
Malang
Krisanti
Retno
Andayani/2003
Ada 2 variabel:
-  Variabel bebas Motivasi dan tingkat penghasilan orang tua
-  Variabel terikat, ting-kat pendidi-kan anak
Korelasi
product
momont
r tab 0.195
r hit 0,76
Diterima
adanya pengaruh
yang signifikan
antara sosial
ekonomi dan
motivasi dengan
hasil belajar
anak
3
Hubungan Antara
Motivasi
Dan Tingkat Penghasilan Keluarga
Terhadap Tingkat
Pendidikan Formal Anak
Siti
Rubianti
/2003
Ada 2
Variabel:
-  Variabel bebas, motivasi dan tingkat ekonomi keluarga
-  Variabel terikat, ting-kat pendidi-kan formal anak
Korelasi
product
moment
r tab 0,312
r hit 0,360
Diterima
adanya hubungan
yang signifikan
antara motivasi
dan tingkat
penghasilan ter-
hadap motivas anak
4
Hubungan Antara
MotivasiDan Penghasilan
Orang Tua Dengan Hasil Belajar IPS Siswa Kelas V SDN Baosan Kidul 03 Kecamatan
Ngrayun Kabupaten
Ponorogo Cawu II
Tahun Ajaran 2001/2002
Supardi
/2002
Ada 2
Variabel:
-  Variabel bebas, motivasi dan tingkatpenghasilan orang tua
-  Variabel terkait, hasil siswa
Korelasi
product
moment
r tab 0,349
r hit 0,776
Diterima, adanya hubungan
yang signifikan
antara motivasi dan peng-hasilan orang tua dengan
hasil belajar
IPS siswa kelas V SDN Baosan
Kidul 03 Kecamatan
Ngrayun Kabupaten
Ponorogo Cawu
II Tahun ajaran
2001/2002
5
Hubungan Antara
MotivasiDan Penghasilan
Orang Tua Dengan Hasil Belajar IPS Siswa Kelas V SDN Crobak
Kecamatan Slahung
Kabupaten Ponorogo Caturwulan Ii
Tahun Ajaran 2001/2002
Pujingatn/2002
Ada 2
Variabel:
-  Variabel bebas, motivasi dan tingkat penghasilan orang tua
-  Variabel terikat, hasil belajar IPS
Korelasi
product
moment
r tab 0,349
r hit 0,766
Diterima Ada hubungan yang signifikan antara motivasi dan
penghasilan orang tua dengan hasil belajar IPS siswa kelas V
SDN Crobak
Kecamatan
Slahung Kabupaten
Ponorogo
Caturwulan II
tahun ajaran
2001/2002

F.     Kerangka Konsep
Proses berpikir tidak bisa hanya secara deduktif atau induktif saja. Proses berpikir merupakan interaksi antara proses berpikir deduktif dan  induktif atau kajian pustaka dan kajian empiris saling berhubungan dan saling mendukung satu dengan lainnya. Berdasarkan kajian pustaka dan kajian empiris disusun suatu rumusan hipotesis. Hipotesis adalah dugaan sementara yang masih  perlu diuji kebenarannya secara statistik kuantitatif. Pengujian hipotesis akan menghasilkan temuan-temuan, baik yang berhubungan dengan teori ataupun empiris. Temuan teoritis akan memperkuat teori, sedangkan temuan empiris akan memperkaya hasil-hasil penelitian. Dari hasil statistik  disusun konsep disertasi yang akan memberi kontribusi terhadap pengembangan teori dan menambah jumlah karya ilmiah yang ada.
Berdasarkan uraian dalam latar belakang, kajian pustaka, dan hasil penelitian terdahulu disusunlah kerangka konsep penelitian.  Untuk secara rinci  kerangka konsep dapat dilihat di gambar 1.



 









Gambar 1. Kerangka Konsep Hipotesis Penelitian




Berdasarkan kerangka konsep diatas hipotesis penelitian sebagai berikut:
1.      Adanya pengaruh yang signifikan motivasi orang tua terhadap hasil belajar siswa.
2.      Adanya pengaruh yang signifikan tingkat ekonomi orang tua terhadap hasil belajar siswa.
3.      Adanya pengaruh yang signifikan tingkat ekonomi dan motivasiorang tua terhadap hasil belajar siswa.
Di petakan sebagai berikut:
 

Recent Posts

KELUARGA JANGKANG

review jantakborneo.blogspot.com on alexa.com

Download Anime Manga Subtitle Indonesia

Be our Fan on Facebook

Our Partners

Logo Design by FlamingText.com
Logo Design by FlamingText.com
 

© 2010 RUDY PUTRA JOHAKNG All Rights Reserved Thesis WordPress Theme Converted into Blogger Template by Hack Tutors.info