Tiga Sosok Jenius Di Balik Blogger & Twitter

Evan Williams
Di Internet, selama tujuh tahun belakangan ini, ada tiga hal yang menonjol: Blogger,Facebook dan Twitter. Dua di antara tiga hal itu, blogger dan twitter, memiliki sosok yang sama di belakangnya. Dia adalah Evan Williams, seorang pria dari keluarga petani di Amerika Serikat yang bertanggung jawab atas banyak kegaduhan di Internet dalam beberapa tahun belakangan ini. Namun sosok Evan sendiri saja tak cukup, ada juga dua nama lain, Biz Stone dan Jack Dorsey. Sebelum melihat yang lain, mari perhatikan dulu Evan Williams. Pria kelahiran 1972 ini berasal dari sebuah keluarga petani di Nebraska. Ia memulai kariernya dengan “kabur” ke California, meninggalkan kuliahnya yang belum rampung di University of Nebraska. Bukan sebuah kebetulan jika Evan kemudian terdampar di penerbit O’Reilly. Ini adalah penerbit yang terkenal dengan buku-buku teknis dan teknologinya. Penerbit yang telah menelurkan istilah Web 2.0.
Meski memulai dari posisi non-teknis, Evan ternyata lebih getol menulis kode-kode program. Kemudian ia pun mendapatkan berbagai pekerjaan sampingan.

Blogger, Google, dan Biz Stone.

BIZ STONE
Tak puas hanya bekerja sebagai orang bayaran, Evan kemudian memutuskan untuk membuat perusahaan sendiri. Ia melakukan ini bersama seorang rekan bernama Meg Hourihan.
Perusahaan yang didirikan Evan bernama Pyra. Perusahaan software ini awalnya hendak membuat sebuah software manajemen proyek.
Dalam perjalanannya, Pyra kemudian berubah arah. Salah satu bagian dari piranti manajemen poyek itu diubah menjadi sebuah alat penerbitan online yang mudah. Lahirlah salah satu tools blogging awal yang bernama Blogger.
Evan ternyata mempunyai peranan yang cukup unik dalam memopulerkan kata Blogger. Ia memang bukan pembuat kata itu, namun ia diakui memopulerkan penyerapan kata blog sebagai kata kerja dan juga istilah blogger.
Istilah blog sendiri berawal dari kata weblog (Jorn Barger, 1997) kemudian menjadi blog (Peter Merholz) dan kemudian oleh Evan dijadikan kata kerja. “Evan Williams menemukan nama blogger untuk produk kami. Saat kami mulai menuliskan naskah di dalam web site itu, setiap kata weblog kami gunakan istilah blog. Tak ada layanan lain ketika itu yang menggunakan istilah blog sedemikian. Ketika kami membuat layanan hosting, kami menamainya “Blogspot” karena itu merupakan sebuah tempat (spot) untuk blog seseorang,” tulis Meg Hourihan.
Blogger kemudian menjadi piranti yang cukup populer pada masa-masa awalnya, namun kisahnya belumlah berupa akhir yang bahagia. Bahkan perusahaan di belakangnya, Pyra Labs, sempat tak mampu membayar pegawainya.
Di tengah kondisi sulit itulah Evan bertahan meski telah ditinggalkan oleh Meg Hourihan dan banyak karyawannya. Ia seakan-akan tidak mau melepaskan “bayi”-nya, atau punya firasat bahwa Blogger bisa menjadi sesuatu yang menguntungkan. Benar saja, Pyra Labs kemudian hari dibeli oleh raksasa Internet Google. Layan¬an itu kemudian menjadi bagian dari sebuah raksasa Internet yang mendunia. Namun, menurut Evan, penjualan itu terjadi bukan karena Pyra kekurangan uang. “Saat itu kami sebenarnya sedang mempertimbangkan untuk menerima modal karena kami sedang berjalan baik. Kami tidak butuh untuk menjual perusahaan itu, tetapi melihat penawaran Google dalam hal distribusi dan infrastruktur dan otak—dan mereka sejalan dengan kami secara filosofi perusahaan—tampaknya, kami memang berjodoh,” ujar Evan suatu kali di 2003. Bersama Google, Blogger terus dikembangkan bahkan meraih popularitas yang luar biasa dengan angka tiga juta blog aktif pada tahun 2003, kurang lebih satu tahun sejak Pyra diakuisisi oleh Google.
Di Blogger ini pula Evan bertemu dengan sosok bernama Biz Stone. Pria dengan nama asli Isaac Stone ini kemudian hari akan berperan penting dalam pendirian proyek Evan selanjutnya.

Hari-hari bersama Biz

Selama di Google, Evan tak juga berhenti berinovasi. Ia kerap memikirkan apa yang akan dibutuhkan oleh pengguna Internet di masa depan. Misalnya, dalam sebuah wawancara Evan melihat potensi blog mengandung hal-hal lain di luar teks. “Foto adalah hal yang besar. Menggunakan kamera digital akan menjadi bagian inti dari cara orang menerbitkan diri mereka,” sebutnya.
Unsur lain yang agaknya menjadi pikiran Evan adalah konten audio. Podcast, semacam blog namun dalam bentuk rekaman suara, menjadi perhatian Evan pada tahun 2004. Bersama Biz Stone, Evan kemudian keluar dari Google dan mendirikan Odeo.
Bersama Biz juga ia kemudian mendirikan perusahaan bernama Obvious Corp. Lewat perusahaan ini, Evan dan Biz membeli kembali seluruh aset Odeo dari para pemodal lain. Hingga kemudian mereka menjual Odeo ke perusahaan Sonic Mountain. Kiprah keduanya di Odeo dan Obvious sebenarnya tidak hanya berdua saja. Ada satu lagi sosok yang cukup berperan penting dalam kisah ini. Ia adalah Jack Dorsey.


Jack Dorsey dan Twitter
Jack Dorsey adalah seorang jenius. Sejak umur 14 tahun ia sudah gemar mengutak-atik software. Salah satu kegemaran Jack adalah teknologi dispatch, yaitu yang digunakan armada taksi, kepolisian, ataupun pemadam kebakaran. Ia pun sempat mendirikan perusahaan yang bisa memanggil kurir, taksi dan layanan darurat melalui website. Cikal-bakal dari Twitter terjadi ketika idenya soal dispatch itu digabun

Tidak ada komentar:

Recent Posts

KELUARGA JANGKANG

review jantakborneo.blogspot.com on alexa.com

Download Anime Manga Subtitle Indonesia

Be our Fan on Facebook

Our Partners

Logo Design by FlamingText.com
Logo Design by FlamingText.com
 

© 2010 RUDY PUTRA JOHAKNG All Rights Reserved Thesis WordPress Theme Converted into Blogger Template by Hack Tutors.info